Kabuki menunjukan sejarah dan kehidupan masyarakat Jepang yang menggambarkan warna, keindahan, dan kesetiaan adat istiadat dan tatakrama kuno dalam wujud seni.
Topik cerita Kabuki
Secara umum, ada jenis cerita kabuki yang berasal dari kisah sejarah( Jidaimono ) seperti yang berhubungan dengan samurai, ada lakon kehidupan rumah tangga, terutama kehidupan abad lalu (Semawono, drama tari yang berupa tarian tanpa dialog atau pantonim (shosagoto).
Musik dan Bentuk Panggung Kabuki
Musik pengiring kabuki dibagi berdasarkan arah sumber suara. Musik yang dimainkan di sisi kanan panggung dari arah penonton disebut Gidayūbushi. Takemoto (Chobo) adalah sebutan untuk Gidayūbushi khusus untuk kabuki. Selain itu, musik yang dimainkan di sisi kiri panggung dari arah penonton disebut Geza Ongaku, sedangkan musik yang dimainkan di atas panggung disebut Debayashi.
Musik Kabuki sendiri terbagi dalam dua jenis, yaitu Shosha Ongaku yaitu musik samisen yang mengiringi tayu (dalang) dan Geza Ongaku yaitu musik yang melengkapi pertunjukan kabuki dari belakang panggung.
Selain itu yang menarik dalam kabuki adalah bentuk panggungnya. Keunikan panggung kabuki yang tidak akan dijumpai di negara lain. Bentuk panggung terdiri dari :
1. Hanamichi
: Lorong diantara tempat duduk penonton
yang terletak disebelah kiri dan kanan panggung.
2. Suppon
: Lubang segi empat yang terdapat pada Hanamichi yang dapat ditarik ke atas dan
ke bawah.
3. Mawani
Butai : Bulatan besar yang terletak
ditengah-tengah panggung dan dapat berputar fungsinya untuk pergantian dari
siang dan malam.
4. Yuka
: Tempat duduk tayu (dalang), pemetik
simasen.
5. Geza
: Tempat para pemain musik untuk memainkan
alat-alat musik.
6. Hikimaku
: Layar
panggung yang terdiri dari tiga warna yaitu hijau tua, orange, dan hitam.